Selasa, 24 Februari 2009

TANDA BACA

PENULISAN TANDA BACA
A. Tanda Titik (.)
Dipakai untuk:
1. Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Ibuku tinggal di Bandung.
Kakek berbincang-bincang dengan nenek.
2. Akhir singkatan nama orang.
Contoh: W.R. Soepratman
W.S. Rendra
3. Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. : Doktor
S.E. :Sarjana Ekonomi
4. Singkatan kata/ ungkapan yang sudah umum. Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
a.n. : atas nama
yth. : yang terhormat
5. Belakang angka atau huruf dalam satu bagan, ihktisar, atau daftar.
Contoh:
III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jendral Agraria

Penyiapan Naskah:
1. Patokan Umum
1.1. Isi Karangan
1.2. Ilustrasi
B. Tanda Koma (,)
Dipakai untuk:
1. Unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya membeli buku, pensil, dan tas.
Satu, dua, tiga......empat!
2. Memisahkan kalimat setara yang atau dengan kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti, tetapi, melainkan.
Contoh:
Saya ingin pergi, tapi hari hujan.
Demi bukan anak pak Harun, tapi anak pak Haji.
3. Memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimat.
Contoh:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Di belakang kata atau ungkapan yang penghubung antara kalimat yang terdapat pada awal kalimat. (oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi )
Contoh:
Oleh karena itu, kita harus berangkat sekarang.
Jadi, soalnya tidak semudah itu.
5. Di belakang kata seperti o, ya waduh, aduh,dan kasihan yang terdapat di awal kalimat.
Contoh:
O, begitu caranya.
Wah, kamu pandai juga ya.
6. Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
Kata ibu, “Saya gembira sekali.”
“Saya bangga sekali,” kata Ayah “akhirnya kamu meraih cita-citamu.”
7. Di antara:
i. Nama dan alamat
Contoh:
Sdr. Soetanto, Jalan Kenari, Menteng, Jakarta.
ii. Bagian-bagian alamat
Contoh:
Jalan Garuda VII No 12, Pondok Cikunir, Jati Bening Bekasi.
iii.Tempat dan tanggal
Contoh:
Tangerang, 3 Februari 09
iv. Nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutuan.
Contoh:
Jakarta, Indonesia
Chiang Mai, Thailand
8. Menceraikan bagian nama yang di balik susunannya dalam penulisan daftar pustaka.
Contoh:
Marah Rusli : Rusly, Marah
Kahlil Gibran: Gibran, Kahlil
9. Di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya.
Contoh:
Saepul Jalil, S.E.
Prof. Dr. B.J. Habibie, M.Sc.
10. Di muka angka persepuluhan dan di antara rupiah dan sen dalam bilangan.
Contoh;
12,54 m
Rp 9.999,99
11. Mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Contoh:
Guru saya, Pak Bajury, kocak sekali.
Di daerah kami, misalnya, masih banyak laki-laki yang makan sirih.
C. Tanda Titik Koma (;)
Dipakai untuk:
1. Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Contoh:
Malam makin larut; kami belum selesai juga.
Hujan sudah reda; petir masih menyambar-nyambar.
2. Memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
Ayah membaca koran; ibu memasak; adik bermain; aku belajar matematika.
D. Tanda Titik Dua(:)
Dipakai :
1. Pada akhir suatu peryataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Contoh:
Yang kita perlukan adalah barang-barang sebagai berikut: kursi, meja, dan lemari.
Sekolah Menengah Kejuruan itu membuka jurusan: Akuntansi, Tata Boga, Tata Busana, dan Elektronika.
2. Sesudah kata atau gabungan kata yang memerlukan pemerincian.
Contoh:
Ketua : Johannes Bakti
Tempat Sidang : Aula Nusantara.
E. Tanda Hubung (-)
Dipakai:
1. Untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Contoh:
........................ ternyata ka-
mu mengingkari hal itu.
2. Sebagai tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Contoh;
................................. cara kamu meng-
ukur panas.
.................................. cara baru me-
ngukur kelapa.
3. Menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: buku-buku, laba-laba, jari-jari, rumah-rumah
4. Menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan dan bagian-bagian tanggal.
Contoh: Gajah Mada : G-a-j-a-h-M-a-d-a
25-5-2009
5. Memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Contoh:
Ber-evolusi dengan berevolusi
Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang-ramah.
6. Merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata.
Contoh:
se-Indonesia
ke-2
tahun 90-an
ber-KTP
sinar-X
7. Merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Contoh:
di-charter
pen-tackle-an
F. Tanda Pisah (−)
Dipakai dalam hal:
1. Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh:
Kemerdekaan bangsa itu − saya yakin akan tercapai − diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2. Menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini – evolusi, teori kenisbian dan juga pembelahan atom – telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
3. Mengantarai dua bilangan atau tanggal yang berarti “sampai dengan” atau di antara dua nama kata yang berarti “ke” atau “sampai”.
Contoh:
1978 − 1987
Jakarta − Bandung
Tanggal 5 − 9 Desember 2003.
G. Tanda Elipsis (...)

H. Tanda Tanya (?)
I. Tanda Seru (!)
J. Tanda Kurung ( (......) )
K. Tanda Kurung Siku ( [ ] )
L. Tanda Petik/ kutip (“........” )
Dipakai untuk:
1. Mengapit petikan langsung dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
Contoh:
“Sudah siap?” tanya komandan regu.
2. Mengapit judul syair, karangan, dan bab buku apabila dipakai dalam kalimat.
Contoh:
Sajak “Cinta di Balik Kelambu” menjadi polemik.
Bacalah “Hati Yang damai” dari buku Sesejuk Relung Hati.
3. Mengapit istilah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
Ia bercelana panjang model “cut brai”

M. Tanda Petik Tunggal (‘......’)
Dipakai untuk:
1. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya Kika, “Kamu dengar bunyi ’kriuk-kriuk’ tadi?”
2. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
Rate of inflation ‘laju inflasi’
N. Tanda Garis Miring ( / )
Dipakai:
1. Dalam penomoran kode surat.
Contoh:
No.007/JB/2008
2. Sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
Contoh:
mahasiswa/mahasiswi
Jalan Pakis Raya IX/009
Harga kue itu Rp 12.000,00/bungkus.
O. Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Dipakai untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
‘kan ku coba.
t’lah lama ku tungggu dirimu.
13 November ‘08

BUKU HARIAN ( DIARY )

MENULIS BUKU HARIAN

Menurut definisi KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia ) buku harian adalah buku tulis yang berisi catatan tentang kegiatan yang dilakukan dan dialami setiap hari.
Buku harian merupakan suatu bentuk tulisan pribadi dimana kita dapat mengungkapkan pikiran, pengalaman, dan perasaan hati kita dengan jujur.

Rabu, 18 Februari 2009

KALIMAT AKTIF DAN KALIMAT PASIF

Definisi kalimat:
Kalimat adalahkesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.
Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri atas klausa.

Berdasarkan aktivitas predikatnya kalimat dapat dibedakan menjadi:
1. Kalimat aktif: Kalimat yang subyeknya melakukan pekerjaan dan obyeknya dikenai pekerjaan.
a. Aktif transitif : Kalimat aktif yang predikatnya (P) membutuhkan obyek (O)
Contoh: Andrian melempar bola basket ke ring.
Petani menanam padi di sawah.
*kalimat aktif biasanya kata kerjanya menggunakan awalan me-

b. Aktif intransitif : Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang predikatnya (P) tidak
membutuhkan obyek (O)
Contoh: Rossa bernyanyi gembira.
Ayam jantan berkokok di pekarangan.
*kalimat aktif intransitif biasanya kata kerjanya menggunakan awalan ber-

c. Aktif dwitansitif : Kalimat aktif dwitransitif adalah kalimat aktif yang di dalamnya terdapat
obyek ( O ) dan pelengkap ( Pel. )
Contoh: Kakak membuatkan adik layang-layang.
Ibu menjahitkan nenek baju kebaya.
Catatan: Pada kalimat di atau, layang-layang dan baju kebaya adalah pelengkap ( pel ),
sebab kedua kata tersebut tidak bisa menjadi subyek dalam bentuk pasif.
*** Adik dibuatkan kakak layang-layang. bukan
Layang-layang dibuatkan kakak adik.
***Nenek dijahitkan ibu baju kebaya. bukan
Baju kebaya dijahitkan ibu nenek.
2. Kalimat Pasif : Kalimat pasif adalah kalimat yang subyeknya ( S ) dikenai pekerjaan oleh
obyek ( O ), biasanya predikatnya ( P ) menggunakan imbuhan di-.
Contoh: Rusa dikejar harimau tutul.
Ikan emas digoreng ibu.